BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sirgina Firdaus

express themselves with a short story

Selasa, 19 Oktober 2010

Maumu apa SEH ?

Mantan oh Mantan.
Aku pengen balikan, akusukakamusekarang
Haha, emang telat. Tapi aku usaha donk !

Apalagi katanya kamu MASIH sayang.
Tapi berhubung saya tidak bisa pacaran, maka kita HTS.

Dua hari ini, kamu ANEH.
Kenapa seh ?
Basa mu sengak, sms gak dibales.

Aku kan udah bilang aku serius.
Tapi kamu GAK NGERTI JUGA !

Kalo kamu MUNDUR.
Aku MENJAUH

Kamu itu mangkelno.
Itu yang namanya SAYANG ? SETIA ? APik !
 

Minggu, 17 Oktober 2010

Perhatian !

Hei kamu, iya kamu COWOK ! :)

Maaf aku sering bandingin kamu sama DIA --MANTAN--

Lah kamu jadi cowok HAMBAR sekali.

Pengen punya cowok yg :

-Agresif (dalam klise BAIK)
  *Dalam arti mau & berani nyamperin. Woo *sosweet wkwk. Kamu mau nyamperin MANTAN mu, tapi aku gak. OOH kejam. >,<
  *Bahasanya gak dibuat-buat. *jowo yo jowo ae. Lebih asik jowo an !! :D

Apa lagi ya ?

Pengen gitu diajak jalan bareng. wahahaha pastine canggung, tapi kan ASEEEK. :)

Dan kalo ngomong gak garing ato ngacang. *Woo gak seru ah,.

Kalo ngeliat mbak mas ku pacaran ? IRI nya.

Seru gitu pacaran ne -,-

Pegang tangan ato lainnya ? hahahaha *sing penting wajar !!

Berpacaran dalam batas kewajaran  ? WHY NOT !

Can you do it ??

Masalah status ? Not now, tapi itu PASTI.

Selama kamu juga gak HAMBAR.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Sekedar Curhat !

Hallo Semua !

Udah lama nih aku gak posting entri dan udah lama juga aku gak buat cerpen.
Rutinitas ku yang sekarang, buat aku jadi SERBA SIBUK !

Ya, sekarang aku udah kelas 9 SMP, beranjak menuju SMA.
Duh, gak kerasa deh udah mau SMA.

Emang bener deh, masa menanti kelulusan sekolah itu SANGAT SIBUK !!!
Gak SD, SMP, ato SMA menurutku kesibukannya sama.
Gak jauh dari bimbingan belajar dan segala macam buku soal.

Sekarang mumpung ada sedikit waktu senggang aku posting entri.
Intinya sih aku kangen POST ENTRI and BUAT CERPEN.

Semoga dalam waktu dekat aku bisa buat cerpen :)

Ohya, mungkin juga dalam waktu dekat blog ini bakalan ke isi sama curhatan ala REMAJA CEWEK.

See you blogger ;)

Rabu, 07 Juli 2010

Pengutil Cinta --> 1

“Hei kamu ! Babu aja gaya nya selangit.” Maki Diana.
“Maaf Bu, saya tak sengaja.” Kata si pembantu, menunduk.
“Kamu itu dibayar buat kerja bener ! bukan buat bikin kesalahan ! Rugi donk saya nge bayar kamu. Jangan panggil saya Bu, saya masih mudah dan lajang.” Makian Diana semakin menyakitkan hati.
“I.. Iya maafkan saya Non.” Ucap Bik Jah, masih menunduk.
“Maaf maaf. Sudah bersihkan semua ini ! sekali lagi kamu buat kesalahan. Kamu saya Pecat !” perintah Diana, menunjuk ke lantai dengan pecahan gelas yang berserakan.
“Baik Non.” Bik Jah menurut.
Diana. Seorang wanita karier yang bekerja di Perusahaan ternama industri Perminyakan, sampai saat ini masih melajang. Sifat keras kepala dan sombong lah yang membuatnya tak disegani para kaum adam. Angkuh dan keegoisan Diana tatkala sering merugikan orang lain. Ntah apa yang ada dibenaknya, bahkan ia pun tak peduli perihal orang sekitar. Termasuk keluarga nya.
Diana bukan wanita biasa. Tubuh yang porprosional dan paras cantiknya selalu memikat kaum adam. Namun, semuanya pergi menjauh tatkala Ia bersikap kasar. Hingga suatu ketika Diana bertemu dengan seorang lelaki, sahabat temannya.

“Perkenalkan, saya Arif.” Kata lelaki itu, menjabat tangan Diana.
“Oh. Saya Diana.” Balas Diana, tersenyum.
“Panggil mbak atau bu ?” Tanya Arif.
“Mbak aja. Dan bagaimana saya harus memanggil anda ?” Tanya Diana, sopan.
“Mas saja, Mbak Diana.” Jawab Arif. Keduanya tertawa.
“Mas Arif kerja dimana?” Tanya Diana menyelidik.
“Saya bekerja sebagai abdi Negara. Kalo mbak Diana? ” Jawab Arif dengan bangganya.
“Wah, Polisi atau TNI ? saya sebagai Manager salah satu Industri perminyakan.” Kata Diana, sama bangganya.
“TNI mbak. Wah kalau begitu gaji yang didapat tentu saja besar?” Tanya Arif, kagum.
“Ah, tidak seperti itu juga mas. Mas Arif juga tentu berpenghasilan besar juga bukan ?” tanya Diana.
“Ya begitulah. Yang penting cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.” Jawab Arif.
“Oh ya. Ngomong-ngomong Mas Arif masi Jaka atau Duda? Maaf mas sebelumnya.” Tanya Diana, tertarik.
“Gak apa-apa Mbak Diana. Jelas saya masih Jaka. Memang ada wajah-wajah duda? Mbak Diana sendiri bagaimana ?” tanya Arif.
“Oh. Enggak juga sih. Tapi masak cakep ginigak ada yang mau? Hehe. Status saya juga sama dengan Mas Arif.” Tutur Diana.

Dan seterusnya, keduanya masih antusias menanyakan berbagai macam info dan asal usul masing-masing. Diana tertarik dengan Arif, bukan dari segi wajah melainkan pekerjaan yang bisa dibanggakan kelak ketika ia sudah berumah tangga. Masalah uang tak masalah bagi Diana, yang paling penting Ia dihormati setiap orang.
Di lain sisi, Arif. Sebenarnya bukan seorang Perjaka. Ia sudah memiliki 2 orang buah hati sejak 1 tahun silam. Namun 1 tahun yang lalu, ia baru saja berpisah dengan istrinya. Bukan Arif memang yang menceraikan sang istri, sebaliknya. Alasan mantan istri Arif menceraikan Arif ialah sikap Arif kasar, suka main tangan, keegoisan yang mencelakai orang lain dan mengabaikan kewajibannya baik sebagai seorang Bapak dan suami. Memang, tak jauh beda dengan Diana. Arif juga tergolong bersifat Egois, sombong, dan terlebih lagi suka bersikap kasar pada keluarga.
Walau sesungguhnya Arif orang yang tegas dan taat peraturan, di tempat kerja nya pun jarang ada orang yang segan dengannya. Itu tadi, sifat Arif yang egois dan sombong membuat rekan kerja enggan bekerja sama dengannya. Namun walau begitu, Arif masih bertindak seenaknya, karna dia merasa berkedudukan tinggi.

“Mas Arif lagi dimana ? bisa makan siang bareng?” tanya Diana di telfon.
“Di kantor mbak Diana. Boleh, makan di tempat biasa kah Mbak ?” tanya Arif.
“Iya deh mas. 30 menit lagi saya sampai.” Kata Diana.
“Iya mas, sampai jumpa disana.” Akhir Arif.

Ketertarikan Diana kala itu ternyata masih berlanjut hingga masa pendekatan.

Akhir 13 Tahun

 Surabaya, 4 Juli 1996 pukul 19.00 WIB    
      
“Bu, tahan sebentar. Biar tanggal lahir nya sama dengan ibu.” Kata Dokter Gani.         
“Tahan gimana sih Dok ? perut saya sudah mulas ini. Gak sama pun gak apa-apa.” Suara Ibu Jessie terdengar terbata-bata.         
“Ya sudahlah. Suster siapkan semua peralatan nya.” Perintah Dokter Gani.         
“Baik dok.” Jawab suster serempak. Dengan cekatan semua peralatan sudah siap untuk proses kelahiran anak Bu Jessie.           

Surabaya, 5 Juli 1996 pagi hari                  
  
“Happy Birthday to you… Happy Birthday to you…. Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday Bu Jessie.” Para dokter dan suster bernyanyi ria di kamar perawatan Bu Jessie.         
“Selamat ulang tahun Bu Jessie dan ini sebagai hadiah special-nya” Ucap Dokter Gani . Hari ini Bu Jessie ber ulang tahun, dengan hadiah seorang putri yang lucu.          
“Terima kasih dok, sus. Iya, anak ini kado special saya.” Tutur Bu Jessie. 
          
Surabaya, 4 Juli 2009          

“Selamat ulang tahun sayang.” Kata Tante Jessie pada anak sulungnya, Keisha.         
“Makasi mama. Keisha seneng mama ada hari ini.” Tutur Keisha.        
 “Happy Birthday Kak Keisha, ini hadiah dari Ciko. Semoga kakak tambah cantik dan pintar.” Ucap Ciko lugu, adik Keisha.         
“Makasi sayang. Amin, kamu juga harus tambah pintar loh.” Balas Keisha.         
“Happy Birthday Keisha. Sayang ya gak ada cowok special disini. Wish You All the Best deh .” Kata Fela, sahabat SMP Keisha.         
“Iya nih. Udah 13 Tahun tapi masih sendiri aja. Happy Birthday sayang. Be Your Self ” Ucap Septi, sahabat SMP Keisha juga.         
“Hahahaha, biarin deh gak ada cowok. Lagian kita kan masih kelas 1 SMP masak iya udah kudu pacaran ? Makasii ya kalian udah mau dating di acara sederhana ini.” Balas Keisha.         
“Tapi kamu kan cantik. Banyak tuh yang ngantri di kelas. Tinggal pilih aja.” Goda Fela.        
  “Lah emang barang dipilih ? Keisha pengen konsen sekola aja. Ya gak ma?” Tanya Keisha minta persetujuan.         
“Iya. Harus belajar lebih rajin lagi kak. Biar bisa rangking lagi.” Kata tante Jessie menyemangati.         
“Ya Udah gih, ayo makan dulu. Ntar keburu dingin makanannnya.” Kata Tante Jessie.         
Semua makan dengan lahap. Begitu juga dengan Keisha. Hari ini ia senang karna ulang tahunnya dirayakan oleh mama, adik, dan ke-dua sahabat nya. Hanya satu yang Keisha inginkan untuk datang. Papa. Semenjak Mama dan Ayah berpisah, ia sudah tak bertemu lagi dengan Ayah nya.  
2 tahun silam kedua orang tuanya berpisah. Tante Jessie sudah tak kuat menghadapi sikap Om Soni yang tega menyiksanya. Sudah dengan pertimbangan panjang bagi Tante Jessie. Ragu sebenarnya, ia tak tega melihat Keisha dan Ciko. Namun hati nya teriris tatkala melihat Keisha menangis melihat ia disiksa sang Ayah. Hingga Keisha memutuskan agar mama dan ayah nya berpisah. Berat memang, tapi semua akan lebih baik jika seperti itu adanya. Keisha sendiri tak kuasa menahan ujian ini, disaat ia duduk di bangku kelas 6 SD. Pikirannya terbagi, tak terfokus pada sekolah.   
       
Saat itu pun tiba, 

September 2007 

Kedua orang tua Keisha. Mati-matian Keisha menutupi kesedihannya. Berjuang keras belajar demi Ujian kelulusan nanti. Keisha dan Ciko memilih tinggal bersama Tante Jessie. Dan entah apa yang ada di benak Om Soni, beliau pun tega meninggalkan buah hatinya tanpa pamit atau salam perpisahan. 2 tahun sudah kehidupan Keisha berjalantak seperti biasa, tanpa seorang Ayah. Seseorang yang amat sangat ia rindukan. Suatu ketika, hati Keisha menangis tiada henti melihat teman sekolahnya akrab bersama Ayah nya. Kapan aku bisa rasakan hal itu? Tanya Keisha dalam hati. Iri.
Ya, Keisha sangat Iri melihat seorang Ayah akrab dengan anaknya, terutama anak perempuan.Hanya mimpi yang bisa mengobati kerinduan Keisha kala itu. Syukurlah kini Keisha sedikit terbiasa dengan kehidupan baru nya. Begitu pula Ciko. Namun, hati Keisha tetap tak bisa terima tentang hari ini. Dimana seharusnya ia bisa mendapat semua kasih sayang orang tua. Walau sama dengan tahun sebelumnya. Namun hati Keisha seakan teriris hari ini, benteng kekuatan yang dibangun mati mati an seakan runtuh seketika. Tak kuasa menahan perihnya hati, bulir air mata berkumpul di pelupuk matanya dan jatuh tanpa tertahan.
“Keisha, kenapa sayang kamu menangis ? apa ada yang tidak kamu sukai dari makanan ini?” Tanya Tante Jessie lembut.“Enggak ma, Keisha nggak papa kok. Cuma capek aja.” Kata Keisha, alasan. Bagaimana pun juga Keisha tak tega melihat mama nya menangis, Lagi. Cukup dia saja yang tersiksa akan ini.
“Ya sudah. Abis gini langsung istirahat ya” Suruh Tante Jessie.“
Iya ma. Fel. Sep. Ikut ke kamar yuk.” Ajak Keisha.
“Ayo.” Jawab keduanya serempak.       
   
Sesampainya dikamar,        
  
Keisha menutup pintu kamar perlahan, mengunci. Seketika itu juga ia menangis sejadi-jadinya. Dengan sesenggukan Keisha menceritakan penyebab tangisnya yang meledak pada kedua sahabatnya. Fela dan Septi mengusap bahu Keisha. Keduanya bertukar pandang, tak tahu apa yang harus dilakukan. Keduanya hanya mendengar rentetan cerita Keisha yang memilukan itu. Terbawa dalam jurang kesedihan, keduanya berusaha agar tangisnya tak pecah. Hanya membuat Keisha semakin terpuruk bila keduanya menangis.         
Kesetiaan dan Support dari kedua sahabatnya lah yang membuat Keisha kuat mengahadapi semua. Tak ada tempat berbagi selain mereka, tidak dengan Tante Jessie sekali pun. Karna Keisha tak mau melihat mama nya menangis kembali. Cukup rasanya melihat bulir air mata sang mama. Kini dial ah saatnya yang menjadi tameng mama nya. Pelindung dan penguat, walau sirinya tak sekuat itu. Sebenarnya.         
Setelah tangis nya reda, Keisha baru sadar bahwa kini matanya bengkak. Bekas tangis itu tergambar jelas di paras cantik Keisha. Diputuskannya untuk Shalat, berdoa memohon kekuatan dan ketentraman hati pada Tuhan. Segenap rasa tlah tercurahkan. Keisha berhenti menangis.         
Rasanya percuma saja ia menangisi Papanya. Beliau sudah melupakan ia dan Ciko. Diam dalam doa. Keisha menghentikan segala kesedihannya. Berhenti barang sejenak. Dan selanjutnya ia hanyut dalam canda tawa dengan ke dua sahabatnya.            

Tanggal 26 Juni 2010         

  “Ayo Dan sini. Ini kan giliran mu. Ayo ayo. Ayo ayo.” Teriak Keisha pada Danti sepupunya.         
“Iya Dan, sportif donk. Gak bole tuh curang. Kemaren kan juga ikut ngguyur.” Kata Kak Sitta menambahkan.         
“Ah, tapi gak pake telor loh ya. Amis tau.” Ujar Danti.         
“Liat ntar, ato gini. Kita maen badminton. Dan kalo kamu kalah. Kamu harus mau di ceplokin telor, hayo gimana ? deal ?” tawar Keisha menjebak.          “
Oke. Deal.” Jawab Danti percaya diri.          Saat menuju halaman depan rumah. 
         
Plok. Byuuuuur.            

Yahaa, akhirnya kena juga si Danti, kata Keisha dalam hati.          
“Curaaang.” Teriak Danti sadar ia dikerjain. Sontak semua yang ikut dalam tradisi guyur telor itu lari tunggang langgang memasuki rumah-rumah sekitar.         
“Hahahaha, salah sendiri situ nya juga curang. Akhirnya ? Kena deh !” Ejek Keisha yang sudah memilih tempat aman.                   
Setelah seru-seruan bareng saudara-saudaranya Keisha mandi dan mengambil HandPhone nya.  
      
   1 missed call --> Ayah           

Damn.          

Keisha mengucek kedua matanya. Mengira semua ini mimpi. Namun tulisan itu tetap dan tak berubah. Kali ini Keisha mencubit pipinya. Aooow Sakit, rintih Keisha. Dan tulisan yang tertera di HP nya tetap. Tak berubah. Artinya semua ini nyata !          
“Ha ? gak mungkin. Tapi ini beneran terjadi. Apa aku SMS aja ya?” tanya Keisha bingung. Akhirnya Keisha memutuskan untuk mengirim pesan pada Ayahnya. 

To : Ayah 
Yah ada apa tdi telp. Aku ? maaf tdi aku abis main. 
Klik. Send 

“You know you love me, I know you care…… “ HP Keisha berbunyi. Di layar nya tertera à Ayah Calling.          

Klik.          

“Halo. Assalamualaikum.” Kata Keisha mengawali.         
“Halo. Waalaikumsalam. Mbak Keisha lagi dimana?” tanya Om Soni.         
“Keisha lagi di rumah Danti. Ada apa Yah?” tanya Keisha.         
Sama dek Ciko kesananya?” Om Soni balik tanya.        
  “Enggak Yah, adek di rumah sama eyang. Keisha barusan ke rumah Danti nya.” Tutur Keisha.         
“Kapan pulang nya? Ayah mau ajak jalan-jalan mau gak?” tawar Om Soni.         
“Em.. eh.. em.. Iya Yah. Tapi minggu depan aja ya. Soalnya aku baru dateng nih.” Jawab Keisha terbata-bata.         
“Ajak dek Ciko juga ya.” Tutur Om Soni.          “
Iya Yah.” Jawab Keisha.         
“Oke. Assalamualaikum.” Akhir Om Soni.        
  “Waalaikumsalam.” Jawab Keisha.          

Klik. Telfon ditutup.         

  Beberapa saat setelah telfon ditutup, Keisha masih termangu di tempat tanpa satu gerakan pun. Termasuk mengedipkan mata.          
“Sha, buruan ke ruang makan gih. Ayo kita makan.” Panggil Danti dari luar kamar.         
“Iya Dan. Bentar lagi.” Jawab Keisha. Tersadar.     
    
  Tanggal 1 Juli 2010           

“Yah, Keisha udah berangkat dari rumah. Ntar ketemu dimana?” tanya Keisha dalam telfon.              
“Ntar ketemu di kafe biasa aja kak. Ayah tunggu sana.” Jawab Om Soni.         
“Iya deh. 30 menit lagi Keisha sampe ya.” Kata Keisha.         
“Hati-hati kak.” Kata Om Soni.         
“Sip Yah.” Kata Keisha mengakhiri.      
    
Sesampainya di kafe,,         

  “Ikut ke kantor ayah dulu ya. Ayah masih ada jam kantor.” Tutur Om Soni mengawali pembicaraan.         
“Oke Yah.” Jawab Keisha dan Ciko. Wajah berseri dan bahagia terpancar dari Keisha dan Ciko. Ke-duanya masih bingung dengan perubahan sikap Om Soni, ayah nya yang mendadak.          
“Yah, jalan-jalan yuk. Katanya mau ajak jalan-jalan?” Ajak Ciko.         
“Boleh. Dek Ciko mau jalan-jalan kemana? Beli apa?” tanya Om Soni.         
“Ciko mau beli tas sama sepatu. Enaknya dimana ya kak ?” tanya Ciko pada Keisha.         
“Ke Mall biasanya aja dek. Disana kan banyak pilihannya.” Jawab Keisha.         
“Iya deh. Ke mall yg dulu itu loh Yah. Masih inget kan ?” tanya Ciko.         
“Oke deh, sekarang kalian mandi dulu. Terus kita berangkat.” Suruh Om Soni.         
“Oke Yah.” Jawab Keisha dan Ciko bersamaan.    
               
Sore hari.           

Om Soni, Keisha, dan Ciko sampai di pusat perbelanjaan. Ketiganya langsung membeli barang yang diperlukan. Makan di kafe biasanya. Sampai akhirnya Ciko ingat ada satu permintaan yang belum di utarakan nya.         
“Yah, ada satu yang kelupaan.” Kata Ciko mengawali.         
“Apa dek yang lupa?” tanya Om Soni.         
“HP Ciko kemaren ilang. Ciko boleh gak minta beli in HP baru? Ciko janji pasti jaga HP itu.” Pinta Ciko.         
“Ya udah. Toko HP nya dimana? Yuk kesana.” Ajak Om Soni.         
“Disana Yah.” Tunjuk Ciko pada sebuah deretan toko.          
Keisha dan Ciko kembali termangu melihat sikap Om Soni. Seusainya membeli HP ketiganya pulang ke rumah Om Soni. Hati Keisha merasa bimbang. Antara bahagia dan rasa tak percaya. Apa iya Ayah udah kembali? Tanya Keisha dalam hati     
     
Keesokan harinya,,           

“Kak. Dek. Ayo olahraga. Masak mau tidur terus?” Ajak Om Soni.         
“Iya Yah. Tapi Keisha sama Ciko belom mandi.” Jawab Keisha.         
“Gih mandi dulu. Ayah tunggu di ruang makan.” Kata Om Soni.          “Oke.” Jawab Keisha.          
Di lapangan badminton. Ketiganya semangat bermain. Terutama Ciko, terlihat sekali jika ia menikmati saat ini. Senyum terulas di wajah  Keisha, senang melihat Ciko bahagia.          
“Yah Keisha mau ultah. Terus Keisha mau traktir temen-temen. Boleh minta uang Yah?” tanya Keisha takut-takut.         
“Butuh berapa kak?” tanya Om Soni tanpa basa basi.         
“250 ribu Yah. Gimana ?” tanya Keisha, masih takut.         
“Oh. Nih uangnya.” Kata Om Soni seraya menyerahkan beberapa lembar uang pecahan Rp. 50.000.          
Speechless. Itulah yang Keisha rasakan. Mengapa semuanya terasa begitu indah saat ini ? apa ini jawaban dari doaku selama ini ? dan ini kah kado yang kuharapkan setahun silam? Rentetan pertanyaan memenuhi pikiran Keisha           

Hingga saatnya pun tiba….           

Minggu, 4 Juli 2010        
Keisha dan Ciko sudah kembali pulang ke rumah Tante Jessie, mama nya. Hari ini, usia Keisha genap 14 tahun. Hari ini pula ia merasakan hal terindah dan kado paling special dalam hidupnya.     
     
Pagi hari, pukul 05.00 WIB          

HP Keisha berdering. Ada seseorang yang menelfon. Siapa ya? Pagi-pagi udah nelfon ,Tanya Keisha.          
“Halo. Assalamualaikum.” Keisha mengawali.         
“Waalaikumsalam. Selamat Ulang tahun kakak. Semoga jadi tambah pintar dan berbakti sama orang tua.” Seseorang yang sangat dikenal suaranya oleh Keisha mengucapkan itu. Damn. Suara Ayah, kata Keisha dalam hati.
“Em… Eh.. Iya Yah. Makasi ucapannya. Aku kira Ayah lupa.” Tutur Keisha.
“Ya Enggak lah. Masak ayah lupa sama anaknya?” tanya Om Soni meyakinkan. Dalam hati Keisha berkata, dulu iya sekarang mungkin inget.       
“Hehe. Ya udah Yah Keisha mau mandi dulu. Nih baru bangun tidur.” Kata Keisha.         
“Iya deh. Buruan mandi. Pantes dari tadi ada bau-bauan.” Goda Om Soni.         
“Oke Deh. Assalamualaikum.” Kata Keisha.         
“Waalaikumsalam.” Akhir Om Soni.          
   Seusai mandi, Keisha mengambil air wudlu untuk menunaikan Shalat. Dalam Shalat nya, tak henti ia mengucap syukur dan terima kasih. Tak henti-hentinya berdoa agar semua ini akan abadi. Terima kasih kepada Tuhan sang Pemilik jagad raya. Doa Keisha selama ini, yang bagi nya hanya sekedar mimpi belaka akhirnya terwujud kan.         
   Bulir air mata mengalir di pipi Keisha. Tak terasa ucapan syukur dan terima kasih nya memancing air matanya untuk turun. Hari ini Keisha merasakan hatinya tentram, damai, dan bahagia.          

“Terima kasih Tuhan Kau telah dengarkan doa ku. Terima kasih juga atas hadiah istimewa dari Mu. Aku harap semua masih tetap abadi untuk selamanya.” Tutur Keisha, mengakhiri Shalat-nya.


Cerpen Curhat Cinta

cerpen - Akhir 13 Tahun

cerpen - Akhir 13 Tahun

Cerpen Curhat Cinta

new entry at 6 July 2010

by : Sirgina Firdaus

Ada apa dengan semua ini ?

Hari ini, aku merasa aneh. 
Perasaan bahagia pagi tadi sirna seketika malam ini. Aku pun tak tahu apa sebabnya. Ku kira hidupku sudah tak berarti lagi. 
“Sel, ayo bangun. Udah siang gini. Ayo mandi, cewek kok sukanya molor.” Teriak Oma Desi, nenek Gisel. “Ah, bentar oma. Aku masih ngantuk nih. Tadi malem gak bisa tidur.” Jawab Gisel, masih dengan posisi tidurnya.
“Udah ayo bangun. Buruan mandi terus sarapan. Cewek kok sukanya molor gini.” Tegur oma. Mau tak mau Gisel bangkit dari tidur. Bisa panjang urusan kalo Oma nya marah. 
“Sekarang buruan mandi, Sarapan. Tata kamar.  Terus bantuin oma beres-beres.” Kata Oma, menjelaskan daftar kegiatan Gisel hari ini. Kepala Gisel terasa pening. Tapi ia tetap beranjak bangun dan mandi,  
“Hmm. Katanya suruh sarapan, kok gak ada makanan Oma ?” tanya Gisel. 
“Buruan bangunin mama mu gih. Suruh dia masak. Oma lagi sibuk, jadi gak sempet buat sarapan buat kalian.” Suruh Oma.
“Ya, itu mah sama aja. Ngapain tadiaku dibangunin duluan.” Protes Gisel, 
“Udah, anak kecil kok banyak protes.” Kata Oma. Sambil berjalan gontai, Gisel menuju kamar mama nya. Dan Mengetok pintu. 
“Tok..tok..tok.. Ma bangun ma. Udah siang nih.” Teriak Gisel.
“Mama udha bangun kok.” Jawab mama mengagetkan Gisel. 
“Ih mama ngagetin aja. Disuruh Oma masak tuh buat sarapan. Katanya tadi sibuk, jadi gak sempet buat sarapan.”kata Gisel. 
“Oke. Mama mandi dulu ya.” Kata mama.  Setelah sarapan. Gisel melakukan rentetan aktifitas yang sudah didata oleh neneknya, Setelah itu pun, Gisel hanya berdiam diri di dalam kamar. Sampai akhirnya ia menemukan satu pekerjaan.  
“Ih, motorku kotor gila. Nyuci motor ah.” Kata Gisel. 
“Eh kamu mau kemana? Mau pergi?” tanya Oma, melihat Gisel keluar kamar sambil tersenyum lebar.
“Enggak Oma, tenang aja. Gisel mau nyuci motor di depan tuh. Motor Gisel kotor banget Oma.” Kata Gisel menjelaskan. 
“Oh, Ya sudah. Yang penting kalo mau keluar beresin semua kerjaan dan tugas mu dulu.” Jelas Oma. 
“Siap Oma.” Jawab Gisel. Sambil bersiul ria, Gisel membersihkan motor kesayangannya ini. dia paling gak betah kalo ngeliat motornya kotor. Walau sedikit. Setitik pun langsung dilap.  
‘Yap. Selesai sudah.” Kata Gisel puas. Melihat motornya kembali berkilau.
“Gisel.” Panggil mama dari dalam rumah. 
“Iya ma.” Jawab Gisel, seraya berjalan ke dalam rumah. “Kamu ada acara gak hari ini?” tanya mama. “Gak ada ma. Gisel dirumah aja kok. Ada apa ma?” tanya Gisel.
“Mau ikut mama belanja gak? Mama gak ada temennya nih.” Pinta Mama. “Boleh ma. Naik apaan? Mobil? Ato Motor?” tanya Gisel. 
“Motor aja deh. Mama males bawa mobil.” Jawab Mama.
“Oke deh. Gisel ganti baju dulu ya.” Seru Gisel. Ya, daripada gak ada kerjaan. Mending nemenin mama belanja deh, kata Gisel dalam hati. Sesampainya dipusat perbelanjaan. 
“Yah mama. Motor Gisel kotor lagi deh. Baru dicuci.” Seru Gisel. 
“Kalo motor gak kotor. Pabrik shampoo motor bangkrut tuh.” Jawab Mama. “Iya sih. Tapi.. Ya udahlah biarin.” Kata Gisel akhirnya.   Setelah berkeliling mengambil barang yang dibutuhkan..  
“Udah semua ma?” tanya Gisel. 
“Udah kak. Sekarang makan yuk.” Ajak mama. 
“Ayo. Gisel kira gisel doank yang laper. Ternyata mama juga.” Kata Gisel. Sambil berkeliling Food Court, Gisel dan mama memilih makanan. 
“Enaknya makan apaan ya kak?”tanya mama. 
“Hem. Aku sih pengen Ayam goreng, Mama mau apa?” tanya Gisel. 
“Ya udah deh. Sama. Nih beli 2 porsi.” Kata mama seraya menyodorkan uang, Setelah makan…  “Ma, aku pengen beli baju yang kemaren.” Kata Gisel. 
“Baju yang mana kak? Yang ditoko kemaren itu?” tanya Mama.
“Iya ma. Boleh gak Gisel minta itu?” tanya Gisel. 
“Iya deh gak papa. Yuk kesana.”Ajak Mama kemudian.   Sesampainya di rumah..  
“Abis belanja apa kalian? Cepet banget keluarnya.” Tanya Oma. 
“Ini Oma, kita abis belanja telor. Minyak, mie instant. Pokoknya bahan-bahan yang udah abis Oma.”Jelas Gisel. “Oh. Ya udah gih buruan tata.”suruh Oma.   Ya. Gisel kembali merenung. Tanpa kegiatan. Sepi dan melelahkan. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Tapi Gisel pun tak tahu apa itu.  Hingga akhirnya…  “Hem.. coba buka twitter ah. Kali aja bisa seru.” Kata Gisel memutuskan. 
“Ha? Apa-apan nih. Tega.” Seru Gisel. Dia tak percaya bahwa sahabat nya selama ini telah mengkhianatinya. 
            Meta, sahabat nya sejak dulu, telah merebut pacarnya.Semua terlihat dan terbukti jelas. Kata-kata mesra dan bukti hubungan mereka tertulis disitu. Bahkan Meta tega menganggap Gisel tak berharga.  Bukan ini yang Gisel harapkan. Bukan ini yang Gisel inginkan untuk mengakhiri hari ini, Malam kelabu. Menjadi saksi kerapuhan hatinya saat ini. 
Terkhianati oleh sahabat. Lebih sakit daripada kehilangan seorang kekasih. 
“Ada apa dengan semua ini?” tanya Gisel dalam hati.    

 mere expression of liver



Cerpen Curhat Cinta